belfashop

Just another WordPress.com site

Posts Tagged ‘Renungan’

Aku Malu…

Posted by belfashop on May 19, 2011

BY JAMILAZZAINI

Pernahkah Anda memiliki hanya sedikit uang? Bila pernah, bagaimana perasaan Anda ketika itu? Apa yang Anda lakukan? Saya yakin perasaan Anda kurang nyaman, khawatir bila tiba-tiba ada kebutuhan mendadak. Pasti Anda juga sangat berhati-hati menggunakan uang yang ada.
Di saat yang sama, boleh jadi Anda berupaya bagaimana caranya agar uang yang sedikit itu bisa bertambah dan meningkat menjadi lebih banyak. Alasannya sederhana, karena Anda menginginkan kehidupan yang lebih baik. Sebab, era dimana ide kapitalisme menguasai dunia saat ini, hampir semua aktifitas harus menggunakan uang.
Dengan uang lebih banyak, lebih banyak pula hal yang bisa Anda lakukan. Lebih banyak kenikmatan dunia yang bisa Anda beli dan lebih banyak pula yang bisa Anda berikan kepada orang lain. Lebih bebas juga untuk melakukan kegiatan spiritual yang memerlukan dana.
Insan SuksesMulia, itu tadi tentang uang, lalu bagaimana dengan amal kebaikan?
Sesungguhnya amal kebaikan pun sama seperti uang. Saldonya bisa bertambah dan juga bisa berkurang. Amal kebaikan yang banyak, kelak bisa mengantarkan Anda pada balasan terindah dari Yang Maha Kuasa. Selama hidup di dunia pun, amal kebaikan Anda bisa menjadi pelumas yang memudahkan segala urusan dan tujuan Anda. Sedangkan dengan amal kebaikan yang sedikit menjadikan semua urusan dan tujuan hidup kian terasa sulit dan berat untuk diraih.
Maka, jika demikian, bagaimanakah perlakuan kita terhadap amal kebaikan? Apakah kekhawatiran kita  mampu menyamai kekhawatiran akan uang? Ketika uang kita sedikit, ketika begitu khawatir, berhati-hati dan berupaya meningkatkan saldo uang yang kita miliki, apakah dengan amal kebaikan pun sama? Sudahkah kita begitu khawatir bahwa amal kebaikan kita masih sedikit, sehingga kita pun berhati-hati dan berupaya agar amal kebaikan kita bisa semakin bertambah setiap harinya?
Mari kita renungkan sejenak.  Seberapa besar amal kebaikan kita saat ini? Apakah amal kebaikan kita sudah cukup untuk menjadi bekal bagi kehidupan nanti? Sudah cukupkah amal kebaikan itu untuk membeli tempat yang paling nyaman di kehidupan nanti? Kira-kira dengan amal kebaikan kita saat ini, dimana dan pada tingkatan seperti apa kita pantas bermukim di kehidupan setelah mati?
Ya Allah, betapa malunya aku kepada-Mu. Rasanya amal kebaikanku saat ini belum cukup untuk kutukar dengan tempat dan suasana yang aku impikan di kehidupan nanti. Sejujurnya, Aku malu!

Sumber:
http://www.jamilazzaini.com/aku-malu/

[relatedPosts]

Posted in Artikel, Renungan | Tagged: | Leave a Comment »

Keberuntungan Berpihak Kepada Yang Bertindak

Posted by belfashop on May 2, 2011

Telah banyak terbukti bahwaorang-orang dengan kemampuan biasa,mengalahkan orang-orang yang sebetulnya hebat,karena orang yang biasa itu mendahulukan bertindak,daripada tertahan berlama-lamadalam analisa biaya dan pendapatan,atau resiko dan keuntungan.

Bertindaklah.

Karena jika Anda tidak mengetahui caranya, Anda akan dibuat tahu dalam melakukannya.

Mario Teguh

Mainan Anak | Mainan Bayi | Laptop Mainan | Puzzle Evamats

[relatedPosts]

Posted in Artikel, Renungan | Tagged: | Leave a Comment »

Bocah 5 Tahun Jadi Perawat Ibunya yang Lumpuh

Posted by belfashop on April 20, 2011

Selasa, 19/04/2011 18:13 WIBBocah 5 Tahun Jadi Perawat Ibunya yang LumpuhSamsul Hadi – detikSurabaya

Aidt merawat ibunya lumpuh/Samsul Nganjuk – Masih ingat cerita Sinar, bocah berusia 6 tahun asal Polewali Mandar Sulawesi Barat, yang tulus menjadi perawat sang ibu di tengah kelumpuhan. Kisah yang sama juga dialami Muhammad Aditya, bocah berusia 5 tahun asal Lingkungan Jarakan Kelurahan Ganung Kidul Kecamatan/Kabupaten Nganjuk.
Menempati rumah kontrakan di Jl Wilis gang IIA, Adit, demikian Muhammad Aditya biasa disapa, menjadi perawat ibunya saat sang ayah menjalankan aktivitas pekerjaan di luar kota. Mulai dari membersihkan rumah, mencuci dan menjemur pakaian, hingga menyiapkan air mandi untuk sang ibu yang hanya bisa terbaring di kasur, dengan tulus dilakukannya.
“Subhanallah. Kalau Adit tidak melakukan ini, saya tidak tahu bagaimana kehidupan ini bisa saya jalani,” kata Sunarti, ibu kandung Adit saat ditemui detiksurabaya.com di rumahnya, Selasa (19/4/2011).
Adit adalah anak satu-satunya yang dimiliki Sunarti dari pernikahannya dengan suami kedua yakni Rudi (45) asal Jombang. Dari pernikahan pertamanya wanita asal Tambak Sawah, Sidoarjo dikaruniai 3 anak laki-laki, yang saat ini sudah tinggal terpisah darinya.
Kisah pilu itu mulai terjadi saat Adit berusia setahun, tanpa sebab yang pasti mendadak Sunarti tak lagi bisa menggunakan kakinya untuk berjalan. Bahkan organ tubuh dari pinggang ke bawah saat ini sudah tak lagi berfungsi.
Sunarti membantah dugaan kelumpuhannya akibat mall praktek penanganan kelahiran Adit. Meski mengalami pendarahan dalam proses kelahiran Adit, Sunarti tak menganggapnya sebagai penyebab kelumpuhan. “Sampai Adit usia setahun, saya masih sehat wal afiat. Tapi setelah itu mendadak saya gak bisa apa-apa, sampai sekarang,” ujarnya.
Saat ini Sunarti sepenuhnya menggantungkan hidupnya kepada Adit, meski dengan segala keterbatasan yang ada. Rudi, suaminya saat ini hanya pulang seminggu hingga dua minggu sekali untuk mengantarkan uang hasil bekerja, selebihnya banting tulang di luar rumah.
“Saya tidak pernah menyuruh dan tidak pernah memintanya melakukan. Seperti menyalakan lampu, saya hanya bilang kalau menggunakan kursi nanti bisa jatuh, gunakan saja sapu untuk menekan saklar, dan dia bisa melakukannya sendiri,” beber Sunarti mengenai apa yang dilakukan anaknya.
Sementara Adit, mengaku sama sekali tidak mengeluh. Meski tak tahu apa yang sebenarnya terjadi pada ibunya, Adit mengaku melakukan semua pekerjaan itu karena rasa sayangnya kepada sang ibu.
“Kasihan ibu atit (sakit),” kata Adit lirih, saat ditanya mengenai kelumpuhan ibunya.
Bocah berambut ikal itu mengaku mengenal semua pekerjaan rumah yang tak semestinya sudah dilakukan. Mulai belajar kepada sang ayah saat pekerjaan yang sama dilakukan. Seperti mencuci pakaian, dia melakukan dengan merendam terlebih dahulu menggunakan sabun, menguceknya pelan, memeras dan menjemur pakaian yang didesain sedemikian rupa, sehingga terjangkau tubuhnya yang kecil.
“Masak nasi ibu yang belsihkan belasnya. Nanti dimasukkan dandang. Kalau gas habis, saya beli, minta dipasang tabungnya. (Masak nasi ibu yang bersihkan berasnya. Nanti dimasukkan dandang (tempat menanak nasi). Kalau gas habis , saya beli, minta dipasangkan (sekalian) tabungnya),” urai bocah berkulit gelap tersebut.
Dengan segala kesibukannya meladeni sang ibu, Adit tetaplah seorang bocah yang menginginkan kesenangan bermain dengan teman seusianya. Jika rasa itu datang dia langsung meminta izin ke ibunya, namun tak lupa pulang jika pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya sudah harus dilakukan.
(fat/fat)
http://surabaya.detik.com/read/2011/04/19/181323/1621069/475/bocah-5-tahun-jadi-perawat-ibunya-yang-lumpuhhttp://forum.detik.com/bocah-5-tahun-jadi-perawat-ibunya-yang-lumpuh-t254523.html

Belfa Shop | Mainan Anak | Mainan Edukatif

Posted in Renungan | Tagged: | 1 Comment »